MALANG KOTA – Jumlah angka golput atau warga yang absen menggunakan hak suaranya di Pilwali 2018 tergolong tinggi. Dari data real count Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang hingga kemarin (28/6), pukul 12.00, jumlah golput menembus 35 persen. Data itu diambil dari hasil scan C1 (sertifikat pemungutan suara) sebanyak 53 persen.
Dengan jumlah angka 35 persen itu, artinya suara golput menempati urutan ketiga di bawah raihan pasangan calon Moch. Anton-Syamsul Mahmud 36,87 persen, dan pasangan Sutiaji-Sofyan Edi Jarwoko 43,69 persen. Sedangkan di urutan keempat diduduki pasangan Ya’qud Ananda Gudban-Ahmad Wanedi meraih 19,44 persen (selengkapnya baca grafis).
Dibanding pada Pilwali 2013 lalu, jumlah golput juga masih sama: 35 persen. Namun, jika mengacu pada hasil quick count Avemedia Research kerja bareng Jawa Pos Radar Malang, angka golput Pilwali Malang 2018 pada kisaran 25,97 persen. Angka tersebut dari hasil rekapitulasi tingkat partisipasi sebesar 74,03 persen. Penghitungan itu hasil pengambilan sampel sebanyak 100 TPS dengan margin of error 2,29 persen.
Divisi Sosialisasi KPU Kota Malang Ashari Husen menyatakan, pihaknya masih akan menyelesaikan hasil scan C1 yang masih 53 persen, (28/6, pukul 12.00). Scan C1 diwajibkan selesai dalam 1×24 jam.
”Dari 53 persen hasil scan C1, tingkat partisipasi pemilih 65 persen,” jelasnya.
Mengacu pada target KPU Kota Malang, partisipasi pemilih seharusnya 75 persen dari daftar pemilih tetap (DPT). Nah, untuk mengetahui berapa angka riil jumlah golput, KPU mengebut penghitungan real count hingga tadi malam.
”Hari ini (kemarin) hingga larut malam (tadi malam, Red) kami targetkan penghitungan selesai,” tegas Ashari.
Pria kelahiran Sulawesi Selatan ini menyebut, hasil hitung cepat nantinya bisa jadi berbeda dengan real count KPU Kota Malang. Meski begitu, target 75 persen partisipasi masyarakat dia rasa tidak akan tercapai.
”Kami belum bisa berkomentar karena penghitungan terus berjalan. Tapi, melihat perkembangan di lapangan, sepertinya partisipasi pemilih kisaran 70 persen,” lanjutnya.
Ashari menambahkan, pihaknya sudah semaksimal mungkin melakukan tahapan sosialisasi untuk menekan angka golput. Namun, tampaknya, ada sejumlah faktor yang membuat angka golput tidak jauh bergeser dari Pilwali 2013 lalu.
Lalu, apa yang menjadi alasan tidak tercapainya tingkat partisipasi itu? Padahal, KPU sudah diguyur dana fantastis: Rp 30,2 miliar untuk pelaksanaan Pilwali 2018. Bandingkan dengan Pilwali 2013 yang hanya mendapat kucuran dana Rp 12 miliar. Itu berarti ada kenaikan dana Rp 18 miliar atau sekitar 67 persen.
Untuk pilwali tahun ini, dana persiapan dan pelaksanaan digelontorkan Rp 15,3 miliar. ”Sejak awal kami kehilangan dua figur paslon (Ya’qud Ananda dan Moch. Anton) yang memungkinkan turunnya tingkat partisipasi,” kilah Ashari mengutarakan alasan soal golput.
Yang dimaksud hilangnya dua figur menjelang memasuki tahapan masa kampanye, dua calon wali kota, Ya’qud dan Moch. Anton, terkena masalah hukum. Jadi, pendukung keduanya menjadi kehilangan semangat mencoblos.
Melihat fenomena kurangnya tingkat partisipasi pemilih, pakar hukum dan tata negara Universitas Widyagama Malang Dr Anwar Cengkeng menyebut, memilih merupakan hak warga negara. Namun, warga negara yang baik, dia menyatakan, tidak akan mengabaikan hak pilihnya.
”Untuk itu, bisa jadi golput karena sosialisasi KPU yang kurang maupun masyarakat yang memang apatis,” terangnya.
Pengamat politik tersebut menduga, ada kekecewaan masyarakat kepada figur yang selama ini diidamkan. Misalnya Anton maupun Ya’qud Ananda yang sejatinya akan dicoblos masyarakat, tapi peta berubah karena keduanya sedang berpekara dengan hukum.
”Faktor yang ini memengaruhi psikologi dan sosiologi masyarakat,” terang dosen Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang itu.
Menurut dia, jika yang terbaik sudah tidak bisa dipilih, orang tidak akan puas dengan opsi pilihan lain. Hal itu yang kemudian mengakibatkan orang apatis dan memilih golput.
”Tapi, bisa jadi pemilih Anton maupun Nanda malah lari ke Sutiaji karena tidak ada pilihan lain. Atau memang orang menganggap tidak punya kepentingan siapa pun wali kota yang nantinya jadi,” pungkasnya.
Pewarta: Fajrus Shiddiq
Penyunting: Abdul Muntholib
Copy Editor: Dwi Lindawati
Sumber : https://radarmalang.jawapos.com/headline/29/06/2018/kpu-kota-malang-gagal-penuhi-target-tingkat-partisipasi-pemilih/